Selamat Datang di Website Kami,

Kami adalah para pecinta bumi dari MANSDA SAVE EARTH CLUB. Anggota kami sementara masih 10 orang dari para guru maupun siswa.
Kami sangat prihatin ketika ambang kehancuran bumi ada di depan mata. Kayaknya kami tidak bisa hanya tinggal diam dan menutup mata pada realitas itu.
Kami peduli, namun kami masih baru melangkah. Namun, kami sangat yakin jejak langkah kami akan semakin jauh untuk menyelematkan bumi.
Anda mau bergabung? Luruskan niat dan tulus.
Save Earth, because We Love Our Earth !!

Salam,
MSEC

Sabtu, 13 Desember 2008

Lumpur Lapindo

Oleh : Fajar G

Desa Renokenongo dan Kedungbendo yang tergenang Lumpur

1.Penyebab

      Sejumlah ahli geologi internasional menyimpulkan bahwa pemicu semburan lumpur Sidoarjo disebabkan aktivitas pengeboran minyak dan gas bumi. Perdebatan soal pemicu semburan lumpur terjadi dalam pertemuan American Association of Petroleum Geologists di Cape Town, Afrika Selatan, 28 Oktober lalu. Untuk pertama kalinya dua kubu sepakat untuk berdebat sebelum konferensi internasional tersebut dibuka. Perdebatan itu dipimpin Professor John Underhill, ahli geologi dari Edinburgh University. Perdebatan berpusat pada data terbaru yang diambil dari sumur eksplorasi sumur Banjar Panji I selama 24 jam terakhir sebelum terjadi semburan lumpur. Professor Richard Davies dari Durham University Inggris mengatakan, data itu menunjukkan adanya tekanan berlebihan yang menyebabkan retakan dan menyebar dari lubang pengeboran sampai ke permukaan tanah sejauh 150 meter sehingga menyebabkan semburan. Namun, Rocky Sawolo, penasihat senior pengeboran PT Lapindo Brantas, mengatakan tekanan dalam pengeboran itu masih dalam batas yang diizinkan. Sedangkan menurut Dr Adriano Mazzini dari University of Oslo, retakan tersebut dipicu oleh gempa bumi 6,3 skala Richter  yang berpusat di Yogyakarta dua hari sebelum lumpur menyebur. Namun, klaim tersebut bertentangan dengan pendapat Dr Mark Tingay, ahli tekanan geologi dari Curtin University Australia. Tingay mengatakan, magnitude gempa tersebut terlalu kecil untuk memicu semburan lumpur. Seperti dilansir BBC News, Sabtu (1/11), 42 dari 74 ilmuwan meyakini aktivitas pengeboran PT Lapindo Brantas menjadi pemicu terjadinya semburan lumpur di Sidoarjo. Sedangkan 3 ilmuwan meyakini gempa bumi sebagai pemicu semburan dan 13 ilmuwan lain percaya kombinasi gempa dan aktivitas pengeboran menjadi penyebab lubernya lumpur tersebut.



2.Akibat

     -Masyarakat disekitar kehilangan tempat tinggal
     -Masyarakat disekitar kehilangan pekerjaan
     -Pemilik lapindo menghabiskan setidaknya 665 miliar untuk ganti rugi
     -Tak kurang 600 hektar lahan terendam Lumpur
     -Sebuah SUTET milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan listrik di empat desa serta        satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat difungsikan.
     -Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan        mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-Porong        dan jalur Waru-tol-Porong.
     -Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik PDAM        Surabaya patah
     -Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan lumpur dan        sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam

3.Penanggulangan

     -Membuat tanggul untuk membendung area genangan Lumpur
     -Membuat waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektar
     -Pembentukan Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo. Tim dibentuk        untuk menyelamatkan penduduk di sekitar lokasi bencana, menjaga infrastruktur dasar, dan        menyelesaikan masalah semburan lumpur dengan risiko lingkungan paling kecil.
     -Membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu dilakukan        karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur dari 50,000 meter kubik per hari        menjadi 126,000 meter kubik per hari, untuk memberikan tambahan waktu untuk        mengupayakan penghentian semburan lumpur tersebut dan sekaligus mempersiapkan        alternatif penanganan yang lain, seperti pembentukan lahan basah (rawa) baru di kawasan        pantai Kabupaten Sidoardjo.

0 komentar:

Posting Komentar